Apakah jika indra penciuman terganggu merupakan gejala baru coronavirus? Jangan khawatir, tetap positif dan semangat untuk memelihara kesehatan Anda & keluarga

Wabah coronavirus (COVID-19) masih menjadi ancaman global. Karena dilanda kekhawatiran berlebih, seseorang semakin gelisah dan akhirnya mengganggu kesehatan tubuh dan jiwa. Belum reda pandemi virus corona, sekarang tambah cemas lagi dengan ditemukannya gejala baru covid-19, yaitu indra penciuman yang terganggu, bahkan hilang.

Sejak awal Maret, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan status penyakit yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang baru sebagai pandemi global. Hingga saat ini (29/3), 664.873 kasus telah dicatat secara global, dengan 30.943 meninggal dan 138.068 pulih.

Di Indonesia, kasus yang dikonfirmasi mencapai 1.155 di antaranya meninggal 102 dan 59 pulih. Melihat realitas coronavirus, pemerintah mengeluarkan maklumat. Masyarakat sangat dianjurkan untuk mengisolasi diri secara mandiri di rumah untuk mengurangi tingkat penularan virus dan tidak membebani personel dan fasilitas medis. Karena virus dapat dengan mudah menyebar melalui cairan tubuh (tetesan) ketika penderitanya batuk atau bersin.

Berdasarkan angka yang tercatat, dengan angka kematian pasien yang relatif tinggi di Indonesia dibandingkan dengan negara lain, tentu saja virus ini sama sekali tidak boleh diremehkan.

Mengapa ketika hidung tidak bisa mencium bau jadi penyebab gejala virus corona?

Mengamati perkembangan jumlah kasus pandemi covid-19 di berbagai belahan dunia, American Academy of Otoloraryngology – Head and Neck Surgery (AAO-HNS) dan badan keanggotaan profesional yang mewakili ilmu bedah THT dan spesialis terkait di Inggris (ENT), memberikan peringatan tentang pasien positif COVID -19 yang hanya mengalami gejala gangguan atau kehilangan sensitivitas indra penciuman atau indra perasa.

“Bukti anekdotal dengan cepat terakumulasi dari berbagai negara bahwa anosmia dan dysgeusia adalah gejala penting yang terkait dengan pandemi COVID-19,” kata AAO-HNS dalam sebuah pernyataan.

Anosmia adalah hilangnya penciuman sementara, sementara dysgeusia adalah perubahan atau distorsi indra perasa.

Di Jerman, dilaporkan bahwa lebih dari 2, dari 3 kasus yang dikonfirmasi menderita anosmia. Di Korea Selatan, di mana pengujian telah lebih luas, 30 persen pasien yang dites positif menderita anosmia sebagai gejala utama pada kasus ringan.

Virus corona atau sindrom pernapasan akut yang parah juga Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus ini disebut COVID-19. Coronavirus menjadi penyebab utama  gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, hingga kematian.

Haruskah gejala ini dimasukkan dalam daftar gejala COVID-19 yang mesti diwaspadai?

gejala baru coronavirus

AAO-HNS menyarankan bahwa kedua gejala tersebut harus ditambahkan ke daftar untuk skrining pasien untuk kemungkinan infeksi coronavirus, sementara ENT United Kingdoom  mengatakan bahwa gejala tersebut memperingatkan tenaga profesional kesehatan untuk selalu merawat pasien dengan peralatan pelindung yang lengkap.

Kata Dr. James C. Denneny III, wakil presiden eksekutif dan CEO AAO-HNS, beberapa pasien mengalami gejala ini pada tahap awal penyakit, sementara yang lain mengalaminya pada tahap selanjutnya.

“Gejala-gejalanya tidak seperti gejala umum batuk, demam, dan sesak napas, tetapi jika ada gangguan penciuman tanpa sebab, ini bisa menjadi identifikasi tambahan untuk pasien yang terinfeksi,” kata Dr. James seperti dikutip dari halaman USA Today.

Dokter Alvin Nursalim, SpPD, dalam klikdokter.com mengatakan, “Gejala COVID-19 dimulai dengan demam, diikuti oleh batuk kering dan sesak napas. Keparahan penyakit ini berkisar dari flu ringan hingga pneumonia berat yang mengancam nyawa.

Cobalah untuk melakukan ini ketika sulit untuk mencium!

Gangguan pada indra penciuman tidak selalu mengindikasikan infeksi virus corona. Bisa juga penyebabnya adalah pilek atau alergi parah. Meski begitu, mengingat dunia sedang dilanda pandemi coronavirus, orang perlu mewaspadai gejala-gejala ini.

Dilansir dari ABC, Prof. Peter Friedland, pakar THT dari Australia, seseorang dengan gejala ini harus mengisolasi diri. Kalau memang benar orang tersebut positif virus corona tidak akan menyebarkan virus ke orang lain.

Anda juga berkonsultasi gejala-gejala ini dengan dokter Anda, atau melakukannya secara online jika Anda tidak ingin meninggalkan rumah. Layanan ini merupakan kolaborasi antara KlikDokter dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), untuk membantu pemerintah dalam menangani COVID-19.

Jadi, selain demam, batuk, dan sesak napas, waspadai juga gangguan indra penciuman. Seperti tiba-tiba tidak bisa mencium bau tanpa sebab yang jelas dan indra perasa, karena bisa saja menjadi gejala infeksi viruscorona. Hal penting lainnya, tetap mematuhi himbauan pemerintah untuk tidak keluar rumah, menjaga kesehatan serta kebersihan diri.

Leave a Reply