Gejala psikosomatis ancaman baru di tengah pandemi coronavirus, waspadalah!

Media massa arus utama dan media sosial setiap jam dan bahkan menit konten beritanya didominasi oleh coronavirus. Salah satu penyakit mematikan awal 2020 yang hanya dalam hitungan hari bisa merenggut nyawa manusia itu saat ini seperti monster yang tidak berwujud.

Informasi coronavirus bergerak seperti mendapatkan pesanan dari pemilik coronavirus itu sendiri, lanjutkan, beri tahu orang-orang bahwa saya coronavirus masih ada di dunia, terutama Indonesia. Selain situasi global yang tidak pasti, bahkan negara-negara maju seperti anak yatim piatu karena coronavirus dan pandemi serta akibatnya.

Tetapi segala sesuatu yang terjadi saat ini tidak berarti akhir dari semua kehidupan di bumi, tetapi itu memberi efek pada sisi religiusitas dan tentu saja itu dimulai dari dalam setiap individu. Coronavirus (covid-19) dapat dikategorikan sebagai penyebab gangguan psikologis pada masyarakat dunia, tidak terkecuali warga negara Indonesia.

Gejala psikosomatis dampak pandemi coronavirus jangan disepelekan

Kematian penduduk dunia akibat coronavirus yang tersebar di berbagai negara baik negara maju maupun berkembang, negara besar maupun kecil yang begitu banyak dilaporkan oleh media massa berkontribusi pada munculnya ketakutan di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Meningkatnya jumlah orang dengan infeksi COVID-19 membuat hampir semua orang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, merasa cemas tentang pandemi yang terjadi sekarang. Kecemasan publik menyebar secepat penyebaran virus terutama melalui media sosial dan saluran televisiserta media massa online.

Pernahkah Anda mengalami kecemasan atau tiba-tiba merasa bahwa tenggorokan Anda agak gatal, sakit, dan merasa suhu tubuh Anda sedikit demam padahal setelah suhu tubuh Anda diukur hasilnya normal, atau bahkan merasakan gejala yang mirip dengan infeksi virus corona ketika membaca berita tentang virus COVID-19? Tenang, itu alami dialami setiap manusia. Reaksi tubuh yang Anda rasakan adalah gejala psikosomatis. Anda tidak perlu terburu-buru menyimpulkan bahwa Anda memiliki virus korona. Ikuti penjelasannya!

Apa yang dimaksud gejala psikosomatis?

 

psikosomatis pandemi coronavirus

Dilansir dari klikdokter.com, dr. Rio Aditya menjelaskan, bahwa gejala psikosomatik adalah gejala yang muncul secara fisik tanpa ada gangguan yang sebenarnya. Ini sering dipicu oleh faktor psikologis. Istilah gangguan psikosomatik biasanya digunakan untuk menunjukkan seseorang merasakan sugesti atau keluhan fisik yang dianggap disebabkan atau diperburuk oleh faktor psikologis atau mental, seperti kecemasan, stres, dan depresi.

Salah satu reaksi tubuh yang muncul di tengah pandemi yang melanda dunia dan Indonesia saat ini dipicu oleh berita terkait COVID-19 yang terus muncul setiap menit. Kecemasan dan waswas yang berlebihan ini akan menyebabkan tubuh Anda bereaksi berlebihan ketika menanggapi berita yang kita baca atau informasi yang kita dengar.

Informasi yang masuk ke dalam alam bawah sadar kita dapat melalui beberapa jalur yaitu:

 

Berita tentang kehancuran tatanan kehidupan perekonomian dan segala aspek terkait yang disebabkan oleh COVID-19 yang terus kita baca setiap hari diproses oleh tubuh. Bagian dari tubuh kita yang disebut Amygdala akan memproses informasi tersebut. “Amygdala adalah pusat kecemasan dalam tubuh, sehingga ketika menerima informasi yang berlebihan membuat Amygdala ini terlalu aktif dan mengaktifkan sistem saraf otonom secara berlebihan.”

Ini menyebabkan tubuh dan kondisi mental selalu dalam keadaan ‘siaga’. Ketidakseimbangan inilah yang menyebabkan gejala psikosomatik muncul sebagai reaksi untuk bersiap menghadapi ancaman terhadap tubuh. Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, Anda akan mengalami gejala kecemasan yang berlebihan dan bahkan dapat menyebabkan stres dan depresi.

Semakin Anda cemas atau takut, semakin stres Anda, semakin banyak hormon stres diproduksi oleh tubuh, dan semakin tertekan kerja sistem imun, dan semakin besar kemungkinan Anda jatuh sakit, semakin besar risikonya bila Anda benar-benar terpapar virus corona.

Salah satu cara untuk mengurangi gejala psikosomatis akibat Amygdala yang terlalu aktif memproses informasi yang terus menerus kita baca adalah dengan mengurangi dan membatasi informasi yang terkait dengan coronavirus. Lakukan hal lain dan mencari informasi tentang hal ini seperti dengan mengerjakan hobi atau melakukan hal yang menyenangkan.

Menjaga kesehatan fisik dimulai dengan dengan sistem imun kuat

Selain itu, menjaga kesehatan fisik agar sistem kekebalan tubuh tetap terjaga juga perlu dilakukan. Kesehatan mental juga perlu ditingkatkan dengan mulai menanamkan pikiran positif. Istirahat sejenak dari mencari berita atau informasi tentang virus corona juga dapat membantu menjaga kesehatan mental.

Baca: Indobio Produk Berteknologi Bantu Lawan Coronavirus

Gejala psikosomatik dapat dibedakan dari gejala aktual dengan melakukan pemeriksaan objektif seperti jika Anda mulai merasakan demam, Anda dapat mengukur suhu tubuh Anda terlebih dahulu. Namun, jika Anda benar-benar merasakan sistem kekebalan tubuh Anda menurun dan menunjukkan gejala infeksi coronavirus, segera pergi ke rumah sakit terdekat untuk pemeriksaan mendalam.

Pastikan tubuh Anda tetap sehat secara fisik dan mental agar terlindung sepenuhnya dari virus korona. Selain itu, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain juga perlu dilakukan. Jadikan kebiasaan untuk merilekskan tubuh Anda selama 10-20 menit per hari untuk mengelola pikiran dan perasaan.

Leave a Reply